Hikmah Dibalik Project Kepepet

Satu setengah tahun yang lalu mendadak harus belajar hypervisor Proxmox Virtual Environment (PVE) secara otodidak. Gara-gara dapat project yang awalnya diminta menginstalasi dan mengkonfigurasi 2 server highend untuk layanan Internet berbasis CentOS 7 dan Windows Server 2016. Setelah selesai instalasi, tiba-tiba terjadi perubahan agar server dibangun dengan menerapkan virtualisasi berbasis PVE dan server untuk layanan Internet dibangun sebagai virtual machine. Secara terbuka dan jujur saat itu menyampaikan ke customer jika belum pernah menggunakan sistem tersebut sehingga project tidak dapat diselesaikan dengan segera karena tidak sesuai dengan deskripsi pekerjaan awal. Terjadi negosiasi dan customer berbaik hati memberikan kesempatan untuk mencoba dan mengeksplorasi PVE selama 3 hari serta mendemokan hasil dari sistem tersebut sebelum diimplementasikan pada server riil.

Akhirnya selama 3 hari jatuh bangun belajar PVE di VMWare Workstation dengan sumber daya laptop yang terbatas. Berbagai kebutuhan amunisi belajar dikumpulkan sendiri dan dipelajari secara otodidak. Eksplorasi PVE tidak berjalan dengan mulus. Berbagai trouble menghantui termasuk ketika instalasi Windows Server 2016 sebagai virtual machine pada PVE. Asli dibuat puyeng. Google jadi kawan setia buat menemukan solusi saat itu, selain RTFM PVE. Duka belajar otodidak terasa banget sebagai dampak dikejar deadline, jadi berpacu dengan waktu. Namun tekad buat nyelesaiin project tersebut dan ketertarikan untuk mendalami pengetahuan baru terkait server virtualization berbasis PVE mengalahkan segalanya. Singkat cerita demo sistem berhasil dibuat dan implementasi berhasil dilakukan pada 2 server riil tersebut.

Selepas project, terbesit ide untuk berbagi pengetahuan tentang PVE ke mahasiswa kampus dan berhasil diwujudkan melalui Monthly Knowlege Sharing (MKS) dari Kelompok Studi Network Community (NETCOM), 9 Desember 2017 lalu. Seiring waktu muncul keinginan untuk menerapkan PVE sebagai media pembelajaran praktikum manajemen jaringan (MJ) di kampus. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa kendala yang dihadapi ketika mengampu praktikum tersebut selama 6 tahun terakhir. Puji syukur ide tersebut dapat dieksekusi melalui penelitian internal yang dibiayai oleh kampus dan ujicobanya dibantu oleh 15 orang mahasiswa di semester lalu. Terimakasih atas sumbangsih rekan-rekan mahasiswa kompentensi jaringan dalam menguji sistem pembelajaran ini.

Berhubung semester ini diminta mengampu MJ kembali maka dilakukan upaya agar media pembelajaran sebagai hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan secara riil. Koordinasi pun dilakukan dengan bagian laboratorium agar berkenan meminjamkan 2 komputer laboratorium sebagai server untuk instalasi PVE. Gayung bersambut, pihak lab berkenan meminjamkan komputer desktop dengan spesifikasi yang cukup memadai untuk dijadikan server yaitu built-up Hewlett Packard, Intel Core i7 dengan 8 vCPU, Memory 8GB, HDD 1 TB. Dengan spesifikasi tersebut, hingga saat ini dapat dibangun 90 Linux Container (LXC) CentOS 7 pada 2 server PVE yang di cluster. Seminggu terakhir, sistem ini telah digunakan oleh 90 orang mahasiswa dan ternyata selain digunakan untuk praktikum MJ pada program studi Teknik Informatika S1 dan D3, juga digunakan sebagai media bantu pembelajaran matakuliah Sistem Operasi. Senang sekali rasanya sistem ini dapat membantu kelancaran proses praktikum beberapa matakuliah.

PVE juga menjadi salah satu bahan materi pada praktikum Cloud Computing yang diampu semester ini. Nggak terbayang jika dulu nggak sempat ketemu project ini, bakal butuh perjuangan ekstra buat mempersiapkan diri mengampunya. Selain itu beberapa ide topik skripsi terkait PVE juga muncul dari project ini dan telah ditindaklanjuti oleh beberapa mahasiswa yang memprogramkan skripsi di semester ini. Masih banyak hal yang mesti dieksplorasi dari PVE.

Demikian sepenggal kisah dari project kepepet yang tak disangka membawa beragam manfaat baik bagi customer dari project, diri sendiri, rekan-rekan asisten lab, maupun mahasiswa STMIK Bumigora. Hikmah dapat diambil setelah melewatinya. Jadi paham maksud “Connecting the dots“-nya Steve Jobs.

Tak ada yang sia-sia. Tak ada yang namanya kebetulan. Semua telah diatur oleh-NYA.
Thanks God atas pengalaman ini.

0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.